Tuesday, May 6, 2008

2013 baru ada pemasukan dari ADS

Jumat, 02 Mei 2008

BOJONEGORO-PT Asri Dharma Sejahtera (ADS) salah satu BUMD milik Pemkab Bojonegoro belum akan menikmati hasil dalam keikutsertaaan pada Participacing Interest (PI) 10 persen Blok cepu sampai dengan 2013.

Hal tersebut juga berlaku terhadap tiga BUMD lainnya yang tergabung dalam Badan kerjasama BUMD penerima PI 10 persen Blok Cepu. Ketiganya adalah PT Sarana Patra Hulu Cepu (Jawa Tengah),), PT Blora Patragas Hulu (Blora), dan PT Petrogas Jatim Utama Cendana (Jawa Timur). Sementara Penyertaan modal atau PI 10 % telah disepakati dengan ketentuan Kabupaten Bojonegoro mendapat 4,5 %, Jatim (2,2 %), Blora (2,2 %), dan Jateng (1,1 %).

Wednesday, April 30, 2008

Untuk Awal Blok Cepu Bisa Produksi 35 barel/hari

Selasa, 29 Apr 2008

BOJONEGORO-Produksi awal Empat dari lima sumur Migas di Banyuurip yang masuk kawasan Blok Cepu bisa mencapai 35 ribu barel perhari. Namun karena keterbatasan sarana early production maka empat sumur hanya dikeluarkan 20 ribu barel saja.

"Dari lima sumur di Banyuurip tekanan dari dalam masih diatas normal sekitar 1500 psi," kata Kunto Wibisono Manager Development Mobil Cepu Limited (MCL) kepada wartawan koran ini. Menurutnya dengan tekanan yang jauh diatas normal dari perut bumi tersebut menunjukkan kandungan minyak Banyuurip sangat besar dan melebihi perkiraan yang ada.

Melihat Kerajinan Gerabah Andalan Bojonegoro

Senin, 28 Apr 2008
TONNY ADE IRAWAN-BOjonegoro

Pasar Semakin Sempit Modal Semakin Menjepit
Kerajinan gerabah yang menjadi andalan Bojonegoro pasarnnya semakin menyempti. Hal ini membuat banyak perajin yang gulung tikar. Apa Penyebabanya ?

Matahari bersinar dengan terik serta panasnya menusuk kulit saat memasuki sebjha desa yang berada ditepian Sungai Bengawan Solo. Saat itu jalan yang berdebu membuat suasana semakin tidak nyaman.

Namun disisi kanan jalan dan disebuah teras rumah yang terkenal sebagai penghasil gerabah tersebut beberapa orang sibuk dengan patung hewan yang didepannya. Satu orang sibgu mengecat dengan warna putih, satu lagi sibuk mengecat denga wara kuning satulagi dnegan warna hitam. Sementara satunya lagi sibuk memperbaiki beberapa bentuk patung hewan yang rusak.

Itulah suasan di Desa rendeng kecamatan Malo. Desa yang terkenal sebagai sentra penghasil kerajinan gerabah di Bojonegoro. Dulu Desa tersebut sangat rekenal akan hasil gerabhahnya. Namun seiring perkembangan jaman lambat laun desa tersbeut mulai dilupakan.

"Dulu di Desa ini hampir semua rumah membuat gerabah," kata Sopi’I, 40 erajin gerabah. Namun seiring turunnya permintaan serta sulitnya mendapatkan bahan baku banyak yang putus asa dan beralih pekerjaan lain yang lebih menjanjikan

Supeno, Kepala Dusun Rendeng menjeslakan di Desa Rendeng kurang lebih ada 185 perajin yang tergabung dalam beberapa kelompok. Sebab saat ini jika tidak berkelompok akan sulit mendapatkan pemasaran. "Karena itu banyak yang gulung tikar karena sulitnya modal dan pemasaran," ungkapnya

Sapran,45 pemilik udaha Grabah terbesar di Desa Rendeng menjelaskan bencana lumpur Lapindo yang terjadi beberap tahun lalu juga ikut mematikan usaha warga disini. Sebaba dulu Sidoarjo merupakan salah satu daerah tujuan pasar terbesar setelah Solo. "Karena itu banyak yang gulung tikar," tegasnya

Saat ini tujuan pengiriman gerabah tinggal di Daerah Solo. Ngawi serta Semarang. Dfan itupun menurut dia hanya bisa dilakukan oleh mereka yang usahanya bermodal besar. "Sebaba tuipa pegiriman belum tentu dapat uang biasanya menunggu beberapwaktu lha kita kan butuhnya bisa berputar gak usah menunggu," ungkapnya

Kalau tidak demikian pria itu menuturkan maka para pembeli tidak akan melakukan transaksi dan memilih kerajinan lainnya. Kalaupun hanya mendalkan pesanan meski harganya lumayan namun itu tidak terjadi setiap hari. "Kalau pesanana kan gak pasti," ungkapnya

Setipa minggu lanjut pria yang memperkerjakan 12 orang itu dia mampu menghasilan sampai dnegan lima puluh gerabah. Kalaupun kurang dari pemrintaan dia akan meminta kepada para tetangganya yang ikut membuta gerabah. "Tapi ya itu mereka kan mintanya ada barang ada uang sementara kita menyalurkan tidak serta merat dapat uang," ungkapnya.

Sumber: http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_radar&id=210402&c=87

Keluh Kesah Penambang Minyak Tradisional

Radar Bojonegoro: Jumat, 18 Apr 2008
TONNY ADE IRAWAN-Bojonegoro

Minta Dilegalkan Bagaimanapun Caranya
Terus diburu dan dianggap Ilegal tak membuat jera para penambang tradisional. Bahkan penambangan tradisional kini mereka minta dilegalkan dengan cara apapun karena banyak nasib tergantung pada pekerjaan tersebut.
*****

Matahari tepat diatas kepala dan sinarnya terasa membakar kulit. Sementara suara mesin yang menderu kadang besar dan kadang kecil bersahut-sahutan menambah suasana semakin tidak nyaman. Ditepi sebuah jalan menurun lalu lalang motor dengan membawa jeriken seperti tak pernah berhenti. Sementara puluhan orang yang terbagi dalam kelompok-kelompok kecil berada di tebing-tebing bukit asik dengan kesibukan masing-masing. Itulah sekilas gambaran salah satu tempat penambangan sumur minyak tradisional oleh rakyat di Desa Wonocolo Kecamatan Kedewan

"Dari mana Pak," kata salah seorang dengan mata tajam dan penuh kecurigaan saat Radar Bojonegoro menghampiri salah satu kelompok. Menurut pria yang bertelanjang dada tersebut mereka tidak butuh wartawan yang hanya mengecap pekerjaan mereka ilegal. Jika demikian mereka meminta Radar Bojonegoro dan rombongan pergi saja.

Belum sempat menjawab tiba-tiba muncul seseorang yang lebih tua. Pria itu kemudian tersenyum dan mempersilahkan wartawan memotret. "Oh yang dari Radar Bojonegoro dulu, gak papa ini dulu dia pernah kesini dan memberitakan kita bagus," kata pria tersebut sambil dan meminta rekannya tersebut minggir.

Setelah dianggap cukup mengambil gambar wartawan kemudian menghampiri seorang laki-laki yang berdiri menunggu antrian dengan dua jeriken dipegangnya. Pria itu bernama Kundhori dan mengaku dari Kecamatan Padangan.

"Kita ini capek diuber-uber terus," katanya. Menurutnya selain dikejar-kejar terus pangsa pasar minyak olahan terus menyusut. Padahal dia menyatakan meski bukan orang Kedewan namun dia menggantungkan hidupnya menjadi pengantar minyak olahan tersebut.

Tak hanya itu Kundhori kemudian meminta wartawan untuk melihat berapa banyak pekerja yang menggantungkan hidupnya. Ini menurutnya belum termasuk sumur-sumur lainnya. "Karena itu kami minta dilegalkan bagaimanapun caranya," ungkapnya

Sementara Parimin menjelaskan bahwa dia memiliki satu sumur diantara beberapa sumur diperbukitan tersebut menjelaskan ada sekitar 40 sumur dari sekitar dua ratus sumur yang baru ditemukan. "Sebenarnya ada ribuan tapi baru ketemu sekitar itu dan itu berdasarkan peta yang banyak orang sini punya," imbuhnya.

Menurutnya upah yang diberikan Pertamina sangat minim sehingga warga memilih mengolah sendiri minyaknya. Dia juga mengakui bahwa minyak yang dihasilkan kurang sempurna. "dan itu kan tugas pemerintah agar kami bisa membuat minyak sempurna tentunya dengan pembinaan," tuturnya

Karena itu jika apa yang dilakukan warga dengan menambang dan menyuling minyak dianggap ilegal. Maka menurutnya akan banyak penganguran yang terjadi. "Karena itu bagaimanapun caranya pemerintah harus melegalkan kami serta membina kami," ungkapnya.

Friday, April 18, 2008

BOJONEGORO - East Java, Indonesia

Assalamu'alaikum !

Alhamdulillah
, sebagai putra Bojonegoro, aku ingin berperan aktif menduniakan Bojonegoro melalui weblogku ini, dengan content berbagai informasi tentang Bojonegoro.

Semoga bermanfaat.

Wassalam;
Suprapto Estede